Dalam diam fiksi hidup. Dalam hidup diksi menjelma. Menjadi sebutir pasir. Ditimbun wajah berkarat persona. Mengunci rasa bermotif rahasia. Memendam tangis, canda juga tawa. Menyatukan segalanya, dikeheningan diam dunia. Demikianlah, alur narasi tanpa bicara, dengan sebenar-benar raut hati sang pujangga yang kalap dalam dunianya..
Follow Aku yuk . . =3
Baca juga yg ini. .
-
". .Dan Angan Ku Tak Hen ti. .” “. . Bersajak Tentang Bayangmu. ." Biar aku disini mengisi sepi yang berpendar-pendar le...
-
Tuhan.. Jika saja aku masih tak cukup kuat untuk hati yang baru, pisahkanlah.. Pisahkan aku darinya, sebelum leburan hati ini menjadi semp...
-
Tuhan. . Bila hari ini adalah hari ku, Izinkan aku memberinya sedikit kenang-kenang Sekedar sebelum aku tak lagi disampingnya ...
Mengenai Saya
- Senandung di Titian Angin
- Tentang kecintaan yang sudah habis ku reguk dalam manisnya sebuah angan-angan...
Rabu, 28 Maret 2012
Selasa, 27 Maret 2012
Selasa, 06 Maret 2012
Rasanya Kita Semakin Jauh, Teman..
Dear Octha...
Aku tidak pernah tau apa yang membuat ku begini. Aku hanya merasa aku masih belum bisa menjadi seorang yang berharga untuk mu . Benarkah begitu?
Aku merasa semakin hari kita semakin jauh. Dan aku, semakin banyak tak tau tentang mu. .
Apa aku tidak bisa menjadi seperti mu? Menjadi seorang yang sangat berharga di mata ku.
Aku ingin bisa menjadi berharga pula di mata mu seperti aku melihat mu.
Aku selalu berharap kau bisa percaya pada ku, Octha. . .
*Inilah mengapa aku membenci suatu jarak yang membentang diantara dua sahabat...
Puisi: Kau Buat Ku Jatuh Cinta
Tadi malam ku tengok langit
Membentang luas bak permadani biru
Satu duanya terlihat kerlip bintang menggoda
Coba menculik angan kosong ku tuk menari brsama
Hahh . .
Mulai terpesona ku di bawanya
Ramah kerlipnya kenalkan aku pada langit
Dia Tarik tangan ku ajak berjabat dengan awan
Tiada kata terlontar hanya diam bertahta
Terpana mata dengan lembut yang menyelusup
Tergiur hati menghanyut dalam wewangian pekat
Hahh. .
Serasa memeluk malam
Tiada lelah jantung berlari gugup
Merasakan sejuk dalam telaga es
Meski berkali ku tepis rayuan bulan
Tiadalah bisa kembali pulang tinggalkan keindahan
Satu persatu mreka muncul tebarkan pesona
Benar-benar nyata ingin buat ku jatuh hati
Tiadalah bisa aku berpaling
Sedang didepan terpampang keromantisan . .
Hahh . .
Sungguh buat ku diam tak terarah
Sulit berpaling dan menepis rasa yang mulai tumbuh
Meski rasanya aku ingin pulang tuk tidur
Tapi hati terlalu banyak dibuat terpikat dan luluh
Tak ada yang ku bisa selain lihat dan dengarkan rayuan mreka
Karena manisnya buat ku semakin menggilai smua
Hahh. .
Tak tahan aku tutupi angan ini dari terpikat ku pada langit
Tak sanggup aku berbohong dari terpesona ku pada awan
Tak mampu aku berpaling dari luluhnya hati pada gemintang
Dan Tak bisa aku bersembunyi dari kekaguman ku pada rembulan
Semua berhasil menyatu dalam satu wajah malam . .
Hahh . .
Malam . .
Kini kau berhasil curi hati ku
Rasuki ruang yang sekiranya nyaman bagimu
Taburkan bibit cinta di tanahnya
Hingga akhirnya tak dapat aku mendusta
Dari rasa yang kau tanam
Kini tak lagi kelu lisan ku berkata bahwa . .
Kau Buat Ku Jatuh Cinta . . .
Membentang luas bak permadani biru
Satu duanya terlihat kerlip bintang menggoda
Coba menculik angan kosong ku tuk menari brsama
Hahh . .
Mulai terpesona ku di bawanya
Ramah kerlipnya kenalkan aku pada langit
Dia Tarik tangan ku ajak berjabat dengan awan
Tiada kata terlontar hanya diam bertahta
Terpana mata dengan lembut yang menyelusup
Tergiur hati menghanyut dalam wewangian pekat
Hahh. .
Serasa memeluk malam
Tiada lelah jantung berlari gugup
Merasakan sejuk dalam telaga es
Meski berkali ku tepis rayuan bulan
Tiadalah bisa kembali pulang tinggalkan keindahan
Satu persatu mreka muncul tebarkan pesona
Benar-benar nyata ingin buat ku jatuh hati
Tiadalah bisa aku berpaling
Sedang didepan terpampang keromantisan . .
Hahh . .
Sungguh buat ku diam tak terarah
Sulit berpaling dan menepis rasa yang mulai tumbuh
Meski rasanya aku ingin pulang tuk tidur
Tapi hati terlalu banyak dibuat terpikat dan luluh
Tak ada yang ku bisa selain lihat dan dengarkan rayuan mreka
Karena manisnya buat ku semakin menggilai smua
Hahh. .
Tak tahan aku tutupi angan ini dari terpikat ku pada langit
Tak sanggup aku berbohong dari terpesona ku pada awan
Tak mampu aku berpaling dari luluhnya hati pada gemintang
Dan Tak bisa aku bersembunyi dari kekaguman ku pada rembulan
Semua berhasil menyatu dalam satu wajah malam . .
Hahh . .
Malam . .
Kini kau berhasil curi hati ku
Rasuki ruang yang sekiranya nyaman bagimu
Taburkan bibit cinta di tanahnya
Hingga akhirnya tak dapat aku mendusta
Dari rasa yang kau tanam
Kini tak lagi kelu lisan ku berkata bahwa . .
Kau Buat Ku Jatuh Cinta . . .
Syair: Menyayat Kesedihan
Adinda kecil yang ku mainkan
Nyanyian alam yang ku pertahankan
Aku bersumpah, sekali lagi membaca kesedihan
Mengintip menguntit di balik jubahmu
Seperti meyungsup, mencabik hingga pedalam mu
Rasanya ingin lagi menawar susu
Menjadi tabib semalam saja atas risau mu
Aku bersumpah, sekali lagi nanar menjadi saksi
Kau mengguyur senja dengan limpah duka
Menyisihkan bahagia di tepi ukir sang raja
Kau sedih dan kita teruka
Bukankah nyanyian kita telah lalu?
Sebatas alibi alam kita menyapa
Menjadi tampak sepasang yang dilanda cinta
Bukankah satin kisah kita usai menjadi abu?
Selayak utuh hati yang nyatanya terbelah kembali
Menjadi pipih dan menjulang pancar kehampaan
Bukankah kita sudah berlalu?
Mengapa kau dan aku masih saja bertemu
Bersua jengah di balik tabir lemah
Gontai kau melambai, pun aku tak kuat melupakan
Berapa lama lagi harus ku merangkul diam?
Hingga tiba jelalat hati ini mampu merelakan
Rela dipisahkan..
Berapa lama lagi ku mereguk asam?
Hingga jerat kenang-kenangmu memberi bebas angan ini
Mencairkan kembali layaknya kelembutan jiwa
Memberi celah dari beku hati ku atas rasa
Berapa lama aku harus menunggu?
Hingga masa mu lenyap pergi dari kenyataan
Dan aku, semakin menutup hati atas kehilangan
###
Langganan:
Postingan (Atom)