Follow Aku yuk . . =3

Baca juga yg ini. .

Senandung di Titian Angin
Jika menulis akan membuatmu lebih baik, maka tulislah. Tulis dengan segala yang layak tertulis, dengan segala yang ingin kau tulis. Untuk dirimu sendiri..

Mengenai Saya

Foto saya
Tentang kecintaan yang sudah habis ku reguk dalam manisnya sebuah angan-angan...

Senin, 28 November 2011

Syair : Kenangan itu...

Masih kau ingat tentang hujan?

Yang tiap derainya menyentuh kita
Melagukan senyuman di sela kemesraan
Tetesnya mengepak sisa airmata
Dan rinainya masih mengutarakan cinta

Kasih…
Kemarin aku tergopoh mengejar senja
Menentang luka karena mu di hadapnya
Lalu ku hempas meraung pada angin
Berontak akan kesaksiannya dg gulita
Lalu aku berlari pada hujan
Bersamanya aku kasat dan bisu balik lentera

Demikian aku tak lagi bisa
Menyentuh hingga menari dengan hujan

Menyentuh basahnya bagai menyentuhmu
Menari dengan rinainya bagai menari dalam dekapmu
Lagi…

Kekasih, maaf..
Aku menyanyi dalam lembayung rindu
Menafsir harkat dan tabiatnya waktu
Dipendar-pendar asa rasa cinta
Dan ku lumpuh di asingkan durja

Demi engkau,
Ku tergila rindu tanpa waktu
Terombang di pojok gempita duri
Namun, aku masih tetap menari

Demi engkau,
Ku matikan kelam
Menyelam dalam lubuk gubuk malam

Adakah engkau memahami?

Kala mencintaimu kemarin
Keindahan adalah satu pingit milikku
Setiap haluan mengiringi rindu
Menyempurnakan alfa ku di masa lalu

Dan usai kau berbalik pergi
Keindahan tetap milik ku, sayang
Kesempurnaan masih terikat di pundak ku
Namun apa kau mengerti?
Ketiadaan utuh menindas runcing mimpi
Telak menghunjam tiap inci jantung hati

Aku di pergok alam meronta di arak diam
Mencari pelipur lara ku yang sudah tenggelam
Entah di sembunyikan alam
Atau memang engkau ingin melupakan

Malu sendu kah aku?
Tidak.

Haru ku nikmati seorang
Pilu ku pundut dengan kafan
Dan aku,
Ingin terus mencintai mu tanpa bosan

Ku duduk manis mengenang kisah dulu
Walau sudah kau beranjak lalu
Melepas aku yang ambruk memeluk cinta
Sedang kau makin pudar entah kemana

Tak apa, kekasih …
Karena,

Mencintai mu bagai menyentuh langit yang menjulang biru
Merindukan mu bagai mendengar diamnya melodi bisu

Memiliki mu, adalah sepucuk senyum ku yg menari merdu
Melepaskan mu, adalah sebait diam ku yg terbaring sayu

Dan aku,
Bersyukur atas kenangan itu .


                ###


Syair : 1 Detik itu, Lagi

Aku tak pandai mengeja, kawan
Mengeja riang mengutarakan rasa
Menjelmanya mengubah durja
Menjadi pelipur juga nuansa

Debur ini rima angin
Bisik-bisiknya ku sisih sedikit
Menerawang tentang kenang-kenang
Mengingat hingga suatu waktu terlupakan

Beri aku sepersekian detik itu lagi
Menjadi sebaik-baik kuncup memekar
Merekah manis dibalik kelambu alam
Menari meski hinaan menduri lajang
Aku tetap melayang
Melihatmu…
Menatapmu…

Durja buram berangsung
Hilang ditilang kegelapan
Sedang aku makin sulam senyuman
Menafikan pilu…
Menafsirkan dirimu…

Menjadi seindah-indah insan pemetik bintang
Menggantikan rembulan hilang
Menari di jemari senja meremang

Bawa aku pada sepersekian detik itu, lagi
Menghamba kilat luka pada suka
Membopong leleh tangis pada gerimis

Kembalikan aku pada detik itu
Saat kelopak ini urung menyintup
Memberi jalan pandang dua mata ini
Menyapa,
Dan lagi menatap mu. . .

Menyeka kesedihan yang sejenak bersinggah
Menyapu derai suram yang menyiksa
Aku menjadi setangkai insan baru
Yang tersenyum
Menyentuh hingga lubuk mata mu
Menjadi seutuhnya yang menatapmu
Melihatmu…

Pada hujan aku bernyanyi
Mendendang riang gemilang
Yang baru ku rasa dan ku punya
Usai menggandeng kenangan mu
Usai mencuri eksotismu

Aku ingin detik itu

Saat aku adalah sepucuk mawar
Merah merona di sentuh rasa
Manis makin merekah di satu buana

Berayun di semai angin
Merentang kelopak melayang girang
Menjadi semekar-mekar kebahagiaan
Tumbuh di tengah ladang kelembutan
Yang mengisahkan satu kekaguman

Tentang mata itu
Tentang senyum itu

Yang hanya milik mu …


###


Sabtu, 19 November 2011

Syair: Hanya Milikmu...

Aku tak pandai mengeja, kawan
Mengeja riang mengutarakan rasa
Menjelmanya mengubah durja
Menjadi pelipur juga nuansa

Debur ini rima angin
Bisik-bisiknya ku sisih sedikit
Menerawang tentang kenang-kenang
Mengingat hingga suatu waktu terlupakan

Beri aku sepersekian detik itu lagi
Menjadi sebaik-baik kuncup memekar
Merekah manis dibalik kelambu alam
Menari meski hinaan menduri lajang
Aku tetap melayang
Melihatmu…
Menatapmu…

Durja buram berangsung
Hilang ditilang kegelapan
Sedang aku makin sulam senyuman
Menafikan pilu…
Menafsirkan dirimu…

Menjadi seindah-indah insan pemetik bintang
Menggantikan rembulan hilang
Menari di jemari senja meremang

Bawa aku pada sepersekian detik itu, lagi
Menghamba kilat luka pada suka
Membopong leleh tangis pada gerimis

Kembalikan aku pada detik itu
Saat kelopak ini urung menyintup
Memberi jalan pandang dua mata ini
Menyapa,
Dan lagi menatap mu. . .

Menyeka kesedihan yang sejenak bersinggah
Menyapu derai suram yang menyiksa
Aku menjadi setangkai insan baru
Yang tersenyum
Menyentuh hingga lubuk mata mu
Menjadi seutuhnya yang menatapmu
Melihatmu…

Pada hujan aku bernyanyi
Mendendang riang gemilang
Yang baru ku rasa dan ku punya
Usai menggandeng kenangan mu
Usai mencuri eksotismu

Aku ingin detik itu

Saat aku adalah sepucuk mawar
Merah merona di sentuh rasa
Manis makin merekah di satu buana

Berayun di semai angin
Merentang kelopak melayang girang
Menjadi semekar-mekar kebahagiaan
Tumbuh di tengah ladang kelembutan
Yang mengisahkan satu kekaguman

Tentang mata itu
Tentang senyum itu

Yang hanya milik mu …


###