Untuk sahabat yang terasa sudah sangat jauh..
Hai, kamu pasti senangkan?
Punya banyak teman-teman baik disekitarmu. Teman-teman yang menyayangimu, menyenangimu dan tentunya ada mewarnai hari-harimu. Apa aku juga punya? Ya. Aku juga punya teman-teman yang seperti itu.Tapi, aku tak punya mereka lebih banyak dari yang kau miliki. Mungkin dunia ku yang terlalu jauh untuk mereka raih membuat pertemanan kami terasa berat untuk terus dilanjutkan. Berbeda denganmu, kawan.
Aku ingat, dulu kau adalah kawan berkelakuan manis, lucu juga menyenangkan. Selalu membuat orang nyaman dengan hadirmu. Membuat orang lain tertawa dengan kekonyolanmu. Aku yakin, kepandaian mu memikat hati orang lain masih kau miliki hingga sekarang. Tentunya, itu yang membuatmu dikitari banyak kupu-kupu.
Bebeda dengan ku, tentu saja. Aku yang lebih nyaman dengan diri ku dan kadang sedikit serakah ingin menikmati keramaian dalam lingkup teman-teman. Aku memang bersenang-senang.Tapi kesenangan itu takkan bertahan lebih lama saat jarak dan waktu sudah menarik ku.
Kawan, kau memang selalu hebat. Dan mungkin lebih hebat dari apa yang ku tahu. Kebahagiaan yang kau miliki itu, jagalah dengan apik. Nikmatilah selagi kau masih berada diantaranya. Teruslah terbang. Teruslah melayang. Aku menulis ini bukan karena aku berdiri dengan keiri dengkian. Namun, aku tertatih karena sepucuk kerinduan. Kerasnya lidah ku membuat semuanya terasa sulit diungkapkan. Aku hanya berharap, kau masih bisa menyebut nama ku jika saja kita bertemu suatu saat nanti..
Selamat Ulang Tahun..
Untukmu, sahabat yang mulai asing dimataku..
Terus mendo'akanmu, adalah hal yang cukup berat. Tapi, aku tetap harus mencobanya..
Salam,
Kawanmu..
(Sabtu, 10 Agustus 2013)
###
Dalam diam fiksi hidup. Dalam hidup diksi menjelma. Menjadi sebutir pasir. Ditimbun wajah berkarat persona. Mengunci rasa bermotif rahasia. Memendam tangis, canda juga tawa. Menyatukan segalanya, dikeheningan diam dunia. Demikianlah, alur narasi tanpa bicara, dengan sebenar-benar raut hati sang pujangga yang kalap dalam dunianya..
Follow Aku yuk . . =3
Baca juga yg ini. .
-
". .Dan Angan Ku Tak Hen ti. .” “. . Bersajak Tentang Bayangmu. ." Biar aku disini mengisi sepi yang berpendar-pendar le...
-
Tuhan.. Jika saja aku masih tak cukup kuat untuk hati yang baru, pisahkanlah.. Pisahkan aku darinya, sebelum leburan hati ini menjadi semp...
-
Tuhan. . Bila hari ini adalah hari ku, Izinkan aku memberinya sedikit kenang-kenang Sekedar sebelum aku tak lagi disampingnya ...
Mengenai Saya
- Senandung di Titian Angin
- Tentang kecintaan yang sudah habis ku reguk dalam manisnya sebuah angan-angan...
Senin, 12 Agustus 2013
Jumat, 02 Agustus 2013
Siapa yang Lebih Jahat?
Siapa yang lebih jahat diantara kita?
Aku?
Yang menarik diri melawan segala rasa dan rindu terlarang dengan diam yang ku bisa.
Ataukah kamu?
Yang terus berkeliaran diseberang bahkan diujung mataku. Menebar tawa girang dan terus-terusan menyapa ku dengan bebasnya. Melupakan beberapa hal yang akhirnya membuatku menjadi sebejat ini.
Bagaimana mungkin aku menjadi seperti ini?
Suatu saat kau akan menanyakannya. Tentang kekejaman ku. Tentang nyenyaknya aku bersembunyi dibalik diam. Harusnya kau sejenak berhenti memikirkannya dan cobalah sedikit merasakannya. Merasakan dimana sebenarnya aku berdiri. Bersama siapa aku disini. Dengan apa aku menguatkan hati.
Berhentilah berpikir. Luangkan sejenak. Hanya agar kau tahu. Hanya agar kau mengerti. Hanya agar kau menyadari, kau tak lagi sendiri. kau berkeliaran dimuara ku tidak seorang diri. Tengoklah jemarimu, ada jemari lain yang sedang menggenggam dan yang kau genggam. Kau tidak lupa itu kan? Semoga kau ingat.
Lalu, bagaimana dengan diamku?
Sepertinya, kau belum juga mengerti. Kau menari didepanku, menyapa namaku, memanggil-manggil kenanganku tanpa menyadari akan jadi apa aku jika menyambut ulur kesenanganmu. Akan jadi apa aku jika suatu saat berani mengharap kenangan kemaren akan pulang dan berbunga lagi.
Kau mengertikan?
Betapa beratnya aku untuk menjadi sejahat ini. Mengabaikan. Mengacuhkan. Meninggalkan. Menjauhkan.
Jika saja aku tidak sejahat ini, aku hanya akan menjadi seorang lemah yang tak bisa menahan semuanya. Menahan apa? Menahan rasa juga rindu yang kini sudah menjadi terlarang untuk ku punya. Bahkan terlarang untuk ku kenang.
Sekarang kau mengerti?
Berhentilah membuatku menjadi lebih jahat.
Apa kau mau aku mengatakan "hai" kepadamu dengan senyum terlebar yang ku punya sedang mataku tak lepas dari genggaman tanganmu yang penuh oleh jemari lain? Bukankah itu, menyakitkan? Karena itu, aku selalu sibuk. Sibuk menggali daging mati untuk mengubur rasa yang harusnya sudah mati. Sibuk merantai bibir juga jantung ku untuk menahan rindu yang mendidih hingga meletup yang tak jarang nyaris menghancurkan sekujur pertahananku.
Sekarang, kau mengertikan?
Bagaimana mungkin aku bisa menjadi baik didepanmu.Sedang aku akan lemah. Aku harus menjadi kuat. Berdiri dan berkelana lagi. Menunggu pelabuhan lain yang akan menerima ku kembali. Dengan segala asap pekat yang membubuh dikepalaku.
Maafkan aku..
Lepaskan aku..
Jangan membuatku menjadi lebih jahat dari detik ini.
Sayonara~
Aku?
Yang menarik diri melawan segala rasa dan rindu terlarang dengan diam yang ku bisa.
Ataukah kamu?
Yang terus berkeliaran diseberang bahkan diujung mataku. Menebar tawa girang dan terus-terusan menyapa ku dengan bebasnya. Melupakan beberapa hal yang akhirnya membuatku menjadi sebejat ini.
Bagaimana mungkin aku menjadi seperti ini?
Suatu saat kau akan menanyakannya. Tentang kekejaman ku. Tentang nyenyaknya aku bersembunyi dibalik diam. Harusnya kau sejenak berhenti memikirkannya dan cobalah sedikit merasakannya. Merasakan dimana sebenarnya aku berdiri. Bersama siapa aku disini. Dengan apa aku menguatkan hati.
Berhentilah berpikir. Luangkan sejenak. Hanya agar kau tahu. Hanya agar kau mengerti. Hanya agar kau menyadari, kau tak lagi sendiri. kau berkeliaran dimuara ku tidak seorang diri. Tengoklah jemarimu, ada jemari lain yang sedang menggenggam dan yang kau genggam. Kau tidak lupa itu kan? Semoga kau ingat.
Lalu, bagaimana dengan diamku?
Sepertinya, kau belum juga mengerti. Kau menari didepanku, menyapa namaku, memanggil-manggil kenanganku tanpa menyadari akan jadi apa aku jika menyambut ulur kesenanganmu. Akan jadi apa aku jika suatu saat berani mengharap kenangan kemaren akan pulang dan berbunga lagi.
Kau mengertikan?
Betapa beratnya aku untuk menjadi sejahat ini. Mengabaikan. Mengacuhkan. Meninggalkan. Menjauhkan.
Jika saja aku tidak sejahat ini, aku hanya akan menjadi seorang lemah yang tak bisa menahan semuanya. Menahan apa? Menahan rasa juga rindu yang kini sudah menjadi terlarang untuk ku punya. Bahkan terlarang untuk ku kenang.
Sekarang kau mengerti?
Berhentilah membuatku menjadi lebih jahat.
Apa kau mau aku mengatakan "hai" kepadamu dengan senyum terlebar yang ku punya sedang mataku tak lepas dari genggaman tanganmu yang penuh oleh jemari lain? Bukankah itu, menyakitkan? Karena itu, aku selalu sibuk. Sibuk menggali daging mati untuk mengubur rasa yang harusnya sudah mati. Sibuk merantai bibir juga jantung ku untuk menahan rindu yang mendidih hingga meletup yang tak jarang nyaris menghancurkan sekujur pertahananku.
Sekarang, kau mengertikan?
Bagaimana mungkin aku bisa menjadi baik didepanmu.Sedang aku akan lemah. Aku harus menjadi kuat. Berdiri dan berkelana lagi. Menunggu pelabuhan lain yang akan menerima ku kembali. Dengan segala asap pekat yang membubuh dikepalaku.
Maafkan aku..
Lepaskan aku..
Jangan membuatku menjadi lebih jahat dari detik ini.
Sayonara~
Langganan:
Postingan (Atom)