Siapa yang lebih jahat diantara kita?
Aku?
Yang menarik diri melawan segala rasa dan rindu terlarang dengan diam yang ku bisa.
Ataukah kamu?
Yang terus berkeliaran diseberang bahkan diujung mataku. Menebar tawa girang dan terus-terusan menyapa ku dengan bebasnya. Melupakan beberapa hal yang akhirnya membuatku menjadi sebejat ini.
Bagaimana mungkin aku menjadi seperti ini?
Suatu saat kau akan menanyakannya. Tentang kekejaman ku. Tentang nyenyaknya aku bersembunyi dibalik diam. Harusnya kau sejenak berhenti memikirkannya dan cobalah sedikit merasakannya. Merasakan dimana sebenarnya aku berdiri. Bersama siapa aku disini. Dengan apa aku menguatkan hati.
Berhentilah berpikir. Luangkan sejenak. Hanya agar kau tahu. Hanya agar kau mengerti. Hanya agar kau menyadari, kau tak lagi sendiri. kau berkeliaran dimuara ku tidak seorang diri. Tengoklah jemarimu, ada jemari lain yang sedang menggenggam dan yang kau genggam. Kau tidak lupa itu kan? Semoga kau ingat.
Lalu, bagaimana dengan diamku?
Sepertinya, kau belum juga mengerti. Kau menari didepanku, menyapa namaku, memanggil-manggil kenanganku tanpa menyadari akan jadi apa aku jika menyambut ulur kesenanganmu. Akan jadi apa aku jika suatu saat berani mengharap kenangan kemaren akan pulang dan berbunga lagi.
Kau mengertikan?
Betapa beratnya aku untuk menjadi sejahat ini. Mengabaikan. Mengacuhkan. Meninggalkan. Menjauhkan.
Jika saja aku tidak sejahat ini, aku hanya akan menjadi seorang lemah yang tak bisa menahan semuanya. Menahan apa? Menahan rasa juga rindu yang kini sudah menjadi terlarang untuk ku punya. Bahkan terlarang untuk ku kenang.
Sekarang kau mengerti?
Berhentilah membuatku menjadi lebih jahat.
Apa kau mau aku mengatakan "hai" kepadamu dengan senyum terlebar yang ku punya sedang mataku tak lepas dari genggaman tanganmu yang penuh oleh jemari lain? Bukankah itu, menyakitkan? Karena itu, aku selalu sibuk. Sibuk menggali daging mati untuk mengubur rasa yang harusnya sudah mati. Sibuk merantai bibir juga jantung ku untuk menahan rindu yang mendidih hingga meletup yang tak jarang nyaris menghancurkan sekujur pertahananku.
Sekarang, kau mengertikan?
Bagaimana mungkin aku bisa menjadi baik didepanmu.Sedang aku akan lemah. Aku harus menjadi kuat. Berdiri dan berkelana lagi. Menunggu pelabuhan lain yang akan menerima ku kembali. Dengan segala asap pekat yang membubuh dikepalaku.
Maafkan aku..
Lepaskan aku..
Jangan membuatku menjadi lebih jahat dari detik ini.
Sayonara~
Dalam diam fiksi hidup. Dalam hidup diksi menjelma. Menjadi sebutir pasir. Ditimbun wajah berkarat persona. Mengunci rasa bermotif rahasia. Memendam tangis, canda juga tawa. Menyatukan segalanya, dikeheningan diam dunia. Demikianlah, alur narasi tanpa bicara, dengan sebenar-benar raut hati sang pujangga yang kalap dalam dunianya..
Follow Aku yuk . . =3
Baca juga yg ini. .
-
". .Dan Angan Ku Tak Hen ti. .” “. . Bersajak Tentang Bayangmu. ." Biar aku disini mengisi sepi yang berpendar-pendar le...
-
Tuhan.. Jika saja aku masih tak cukup kuat untuk hati yang baru, pisahkanlah.. Pisahkan aku darinya, sebelum leburan hati ini menjadi semp...
-
Tuhan. . Bila hari ini adalah hari ku, Izinkan aku memberinya sedikit kenang-kenang Sekedar sebelum aku tak lagi disampingnya ...
Mengenai Saya
- Senandung di Titian Angin
- Tentang kecintaan yang sudah habis ku reguk dalam manisnya sebuah angan-angan...
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar