Aku tak pandai mengeja, kawan
Mengeja riang mengutarakan rasa
Menjelmanya mengubah durja
Menjadi pelipur juga nuansa
Debur ini rima angin
Bisik-bisiknya ku sisih sedikit
Menerawang tentang kenang-kenang
Mengingat hingga suatu waktu terlupakan
Beri aku sepersekian detik itu lagi
Menjadi sebaik-baik kuncup memekar
Merekah manis dibalik kelambu alam
Menari meski hinaan menduri lajang
Aku tetap melayang
Melihatmu…
Menatapmu…
Durja buram berangsung
Hilang ditilang kegelapan
Sedang aku makin sulam senyuman
Menafikan pilu…
Menafsirkan dirimu…
Menjadi seindah-indah insan pemetik bintang
Menggantikan rembulan hilang
Menari di jemari senja meremang
Bawa aku pada sepersekian detik itu, lagi
Menghamba kilat luka pada suka
Membopong leleh tangis pada gerimis
Kembalikan aku pada detik itu
Saat kelopak ini urung menyintup
Memberi jalan pandang dua mata ini
Menyapa,
Dan lagi menatap mu. . .
Menyeka kesedihan yang sejenak bersinggah
Menyapu derai suram yang menyiksa
Aku menjadi setangkai insan baru
Yang tersenyum
Menyentuh hingga lubuk mata mu
Menjadi seutuhnya yang menatapmu
Melihatmu…
Pada hujan aku bernyanyi
Mendendang riang gemilang
Yang baru ku rasa dan ku punya
Usai menggandeng kenangan mu
Usai mencuri eksotismu
Aku ingin detik itu
Saat aku adalah sepucuk mawar
Merah merona di sentuh rasa
Manis makin merekah di satu buana
Berayun di semai angin
Merentang kelopak melayang girang
Menjadi semekar-mekar kebahagiaan
Tumbuh di tengah ladang kelembutan
Yang mengisahkan satu kekaguman
Tentang mata itu
Tentang senyum itu
Yang hanya milik mu …
###
1 komentar:
great,but...
Posting Komentar