Mengelana di teluk kerinduan
Mencari sisa dari sanggah cinta
pupusan alam
Sayang di persimpang luring suratan
Aku
menikung di titian jurang kegelapan
Disana aku merangkak,
bermaksud menebus rintih penataran
Seribu dilema usai
berlalu
Ku rebah lemaskan sisa batu di pundak kelu
Di bawah
sandar sepenggal batang mati
Aku menenggak sepertiga dahaga hati
Belum
puas, ku icip sekaut buah hambar sebagai pengganti
Senyap
alam tak duga Tuan Pirang tiba
Dia menggenggam tuntun ku ke
lembah mata
Sepanjang daur nan suram dan maya
Ia masih terus
dan tak henti berkata
Aku mengangguk seperti mengerti
Tapi
sungguh tidak satu juga aku memahami
Di penghujung lembah
usai kami tiba
Si Tuan Pirang semakin merapati ku saja
Aku
diam bisu menunggu katanya
Meski dia makin mendekati ku saja
…
Deru
panas nafasnya menderai rambutku
Ujung kuku tirus bercat hitam
menelusur lesu
Kering kakunya mengitar di tipis lembut pipiku
Dia
mendekat dan makin mendekat saja
Usai mengicip kuku
Dia
bisik seuntai makna pada ku
Sebelum syal bulu disematnya
menghangatiku
“Aku bahkan tidak mencintaimu…”
katanya.
…
Seribu puncak seribu kelopak
Dunia
surut di seruput petak
Jerit usang hati beradu diganti senyap
Seiring
bayangan yang tadi melenyap…
Sekeruh beledru tadi
terhisap
Seharu takut biru tadi menyesap
Aku bangkit
pulang merebah di keramat peti mati
Bersama kosong
Dan
tiada yang di mengerti …
###
Tidak ada komentar:
Posting Komentar