Kemari..
Menangislah dipelupukku
Redakan kelupas lukamu yang terkoyak
Obati ngilu cabikanmu yang bernanah
Istirahatlah sesaat..
Berhentilah sejenak..
Lupakan derai-derai ambisi kosongmu
Tinggalkan usaha-usaha konyol itu
Sejengkal pun kau tak lebih dekat
Langkahmu jalan di tempat
Sedang kakinya kian meregang jarak
Sadarlah,
Dia tidak melihatmu
Dan takkan melihatmu
Mahkota di seberang sana membutakannya
Perak yang kau kalungi tiada arti pesona
Sadarlah..
Dia tidak memujamu
Dan takkan memujamu
Hatinya mahal
Tak cukup bahkan jika kau jual separuh sisa nyawamu
Dia elok yang elegan
Takkan teraba hanya dengan setapak kereta biasa
Tatapnya menanti kereta kencana bersanding kuda
Sadarlah..
Gandengannya untuk lengan Ksatria
Bukan untuk pengawal yang lemah harta
Sadarlah..
Kau tak pantas
Langkahmu jalan di tempat
###
Dalam diam fiksi hidup. Dalam hidup diksi menjelma. Menjadi sebutir pasir. Ditimbun wajah berkarat persona. Mengunci rasa bermotif rahasia. Memendam tangis, canda juga tawa. Menyatukan segalanya, dikeheningan diam dunia. Demikianlah, alur narasi tanpa bicara, dengan sebenar-benar raut hati sang pujangga yang kalap dalam dunianya..
Follow Aku yuk . . =3
Baca juga yg ini. .
-
". .Dan Angan Ku Tak Hen ti. .” “. . Bersajak Tentang Bayangmu. ." Biar aku disini mengisi sepi yang berpendar-pendar le...
-
Tuhan.. Jika saja aku masih tak cukup kuat untuk hati yang baru, pisahkanlah.. Pisahkan aku darinya, sebelum leburan hati ini menjadi semp...
-
Tuhan. . Bila hari ini adalah hari ku, Izinkan aku memberinya sedikit kenang-kenang Sekedar sebelum aku tak lagi disampingnya ...
Mengenai Saya
- Senandung di Titian Angin
- Tentang kecintaan yang sudah habis ku reguk dalam manisnya sebuah angan-angan...
Selasa, 22 April 2014
Rabu, 16 April 2014
Silahkan Pergi..
Hancurkan saja aku
Baikku tak pernah tampak putih dimatamu
Girangku tak cukup pantas menyunting pilumu
Aku bukan lagi sebilah yang kau perlukan
Akulah ampas yang berkawan sampah
Tidak untuk tahta si obat merah
Lenyapkan aku dari pelupukmu
Injak ataukah lindas rata hingga ubun-ubunku
Lupakan..
Aku bukan bibit berbunga perak
Bukan pula umbi bercabang emas
Sekali lagi dimatamu aku batu
Arang yang berakhir diujung abu
Lupakan..
Busukku dimatamu
Hinaku dipelupukmu
Lupakan..
Aku tetap aku tanpamu
Silahkan pergi..
###
Selasa, 15 April 2014
Rindu ini..
Dengarkan aku, Malam..
Sudikah?
Sejenak kiranya dendang piluku tentang.. dia
Masih dan lagi lagi masih tentang.. dia
Dengarkan aku, Malam
Sejenak untuk meregang rinduku yang lagi-lagi penat
Mulai suntuk dipesisir pantai senja
Mulai busuk diujung tombak penuh luka
Bantu aku, Malam
Riak-riak tangis ini mulai membeku
Membatu kelu sepedih abu
Tepi-tepinya mengiris hati mencabik pertahanan
Melunglaikan aku yang terabaikan
Lagi, rindu ini tak kunjung sembuh
Lagi, rindu ini tak jua luruh
Bagaimana aku, Malam?
Rindu ini kian meracun
Menjadi pembunuh tak berbangkai
Menjadi perampok keji yang melambai
Rasa ini mulai tak berhati
Rasa ini mulai menjahati
Membuatku sekarat kehilangan
Membuatku sekarat merindukan..
Lagi, lagi dan lagi...
###
Sudikah?
Sejenak kiranya dendang piluku tentang.. dia
Masih dan lagi lagi masih tentang.. dia
Dengarkan aku, Malam
Sejenak untuk meregang rinduku yang lagi-lagi penat
Mulai suntuk dipesisir pantai senja
Mulai busuk diujung tombak penuh luka
Bantu aku, Malam
Riak-riak tangis ini mulai membeku
Membatu kelu sepedih abu
Tepi-tepinya mengiris hati mencabik pertahanan
Melunglaikan aku yang terabaikan
Lagi, rindu ini tak kunjung sembuh
Lagi, rindu ini tak jua luruh
Bagaimana aku, Malam?
Rindu ini kian meracun
Menjadi pembunuh tak berbangkai
Menjadi perampok keji yang melambai
Rasa ini mulai tak berhati
Rasa ini mulai menjahati
Membuatku sekarat kehilangan
Membuatku sekarat merindukan..
Lagi, lagi dan lagi...
###
Langganan:
Postingan (Atom)