Follow Aku yuk . . =3

Baca juga yg ini. .

Senandung di Titian Angin
Jika menulis akan membuatmu lebih baik, maka tulislah. Tulis dengan segala yang layak tertulis, dengan segala yang ingin kau tulis. Untuk dirimu sendiri..

Mengenai Saya

Foto saya
Tentang kecintaan yang sudah habis ku reguk dalam manisnya sebuah angan-angan...

Senin, 31 Desember 2012

Dear NS, Selasa 1 Januari 2013

06:58

Habis kata. . .

Bisu ku rampung untuk mu
Diam ku sendu bagimu

Maafkan,
Pesan-pesan yang tak terjamah
Isyarat-isyarat yang tak terjawab
Seonggok salam yang tak berbalas
Setumpuk panggil terabaikan

Beginilah aku,
Kadang lapang bersama kawan
Kadang tenggelam menikmat dikesendirian

Seperti laknat,
Aku yang tak slalu ada untuk mu
Meski menutur bukti seorang kawan
Maafkan..

Seperti kutukan,
Aku yang hilang dari matamu
Meninggalkan sejumput kekosongan sanubarimu

Kesedihan menguntitmu
Mengambil orang terkasih dihidupmu
Sekali lagi,
Aku tak ada disampingmu..

Patutkah ku disebut kawan?

Namun kau berdiri tetap bersama tegar
Menjadi terkuat yang pernah ku temui. .

*kawan ku..

###

Takut, Selasa 1 Januari 2013

00:04

Dentum..
Risau..
Kacau..
Diluar sana


Takut, aku berbaring sendiri
Sesengguk dalam diam diantara nada-nada
Seutuh melodi terlelap nyaman dengan malam
Tak merasa ada orang yang jatuh tertinggal


Aku takut...
Sendirian diantara mata-mata yang terpejam
Bergidik atas dentum-dentum legam dilangit kelam


Berbalik,
Menatap kanan, menoleh kiri
Berharap kecemasan takkan berbuah nyata


Aku takut..
Juga sakit..
Rasa ngilu yang ku redam sendiri
Bergulat menahan agar tak merintih


Sakit..
Namun kelopak-kelopak mata itu telah merapat


Dentuman lagi..
Sahut menyahut
Aku, tetap sendiri


Tuhan,
Obat...

Berikan aku obat dari Mu
Lumpuhkan takut ku dengan Asma-Mu..


Tuhan...
Obati aku...
Dari rasa ngilu ini,
Dari takut malam ini. .


###

Kalut, Senin 31 Desember 2012

19:39

Belum lama raja surya bersintup
Relung ini sudah lebih dulu tertutup


Lelah dari sudut si kaki langit
Sayu dari ubun-ubun senja yang mendusta
Gelegar lara dikompor dukaa
Hantam emosi dijahit sengsara


Setan mana yang merasuk masuk?
Hingga bara-bara saja tersisa
Sayup-sayup air dilahap api
Kerumun putih disantap pekat


Kadang tangis,
Kadang murka,

Bersimpuh khusyu pun tiada arti
Nampak, jerat iblis kian menggoda
Membanting layar ke arah neraka


Obat. .
Obat. .


Dimana itu?
Pelosok angkasa kah Kau sisip?
Lubang hitam kah Kah selip?


Gersang,
Topeng-topeng dusta nan bergelantung
Manakala jiwa enggan di bawa omong


Tuhan,
Obat. . Obat. .


Dimana Kau samarkan itu?
Hingga amuk ini kian menangis
Menjadi kalut yang semakin kronis


*dihatimu. . .

###

Minggu, 30 Desember 2012

Cemas, Senin 31 Desember 2012

07:10

Pagi baru,
Harusnya sunyi tak mencumbu
Harusnya getir tak merayu
Harusnya inilah pagi baru


Peluh di hati menetes
Rimbun gelagat diam merembes
Tumpuk-tumpuk mimpi yang, mungkinkah akan kelabu?
Carut-marut hari kemudian yang, 

mungkinkah menjadikan aku jadi?

Tak lama kurun waktunya
Puncak tinggi itu kian mendekat
Bekal apa yang sudah siap?


Pagi baru ku terpekur
Gerangan harus memulainya darimana?
Tak cukuplah hanya semangat mendidih
Tak cukuplah hanya angan-angan yang pecah dibuih liur
Harus ada bekal,
Harus ada keyakinan,
Harus ada persiapan


Tapi, gerangan darimanakah harus memulai?
Kalut bercampur darah cemas

Terbayang,
Puncak tak mampu ku langlang
Mimpi tak kunjung kesampaian


Takut. .
Tuhan, kalut ku, takut ku. .
Gerangan inikah yang berasas rintangan?


Tuhan. .
Peluk, dan obati cemas ku
Atas hari dikemudian. .


*menuju gerbang ujian

###

Hujan, Minggu 30 Desember 2012

20:04

Malam yang dingin. . .
Relung kaku mendesis lunglai
Terdiam bahkan dikeheningan hilang


Malam yang sunyi. . .
Berbisik dalam lantun dan melodi
Menghimpit daur urung membaur
Kelabu yang kabur hingga terkubur


Hati terbirit. .
Jiwa terjepit. .
Sepi menyempit. .

Terhimpit,
dibawah hujan malam yang menjerit. .


###