19:39
Belum lama raja surya bersintup
Relung ini sudah lebih dulu tertutup
Lelah dari sudut si kaki langit
Sayu dari ubun-ubun senja yang mendusta
Gelegar lara dikompor dukaa
Hantam emosi dijahit sengsara
Setan mana yang merasuk masuk?
Hingga bara-bara saja tersisa
Sayup-sayup air dilahap api
Kerumun putih disantap pekat
Kadang tangis,
Kadang murka,
Bersimpuh khusyu pun tiada arti
Nampak, jerat iblis kian menggoda
Membanting layar ke arah neraka
Obat. .
Obat. .
Dimana itu?
Pelosok angkasa kah Kau sisip?
Lubang hitam kah Kah selip?
Gersang,
Topeng-topeng dusta nan bergelantung
Manakala jiwa enggan di bawa omong
Tuhan,
Obat. . Obat. .
Dimana Kau samarkan itu?
Hingga amuk ini kian menangis
Menjadi kalut yang semakin kronis
*dihatimu. . .
###
Dalam diam fiksi hidup. Dalam hidup diksi menjelma. Menjadi sebutir pasir. Ditimbun wajah berkarat persona. Mengunci rasa bermotif rahasia. Memendam tangis, canda juga tawa. Menyatukan segalanya, dikeheningan diam dunia. Demikianlah, alur narasi tanpa bicara, dengan sebenar-benar raut hati sang pujangga yang kalap dalam dunianya..
Follow Aku yuk . . =3
Baca juga yg ini. .
-
". .Dan Angan Ku Tak Hen ti. .” “. . Bersajak Tentang Bayangmu. ." Biar aku disini mengisi sepi yang berpendar-pendar le...
-
Tuhan.. Jika saja aku masih tak cukup kuat untuk hati yang baru, pisahkanlah.. Pisahkan aku darinya, sebelum leburan hati ini menjadi semp...
-
Tuhan. . Bila hari ini adalah hari ku, Izinkan aku memberinya sedikit kenang-kenang Sekedar sebelum aku tak lagi disampingnya ...
Mengenai Saya
- Senandung di Titian Angin
- Tentang kecintaan yang sudah habis ku reguk dalam manisnya sebuah angan-angan...
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar