07:10
Pagi baru,
Harusnya sunyi tak mencumbu
Harusnya getir tak merayu
Harusnya inilah pagi baru
Peluh di hati menetes
Rimbun gelagat diam merembes
Tumpuk-tumpuk mimpi yang, mungkinkah akan kelabu?
Carut-marut hari kemudian yang,
mungkinkah menjadikan aku jadi?
Tak lama kurun waktunya
Puncak tinggi itu kian mendekat
Bekal apa yang sudah siap?
Pagi baru ku terpekur
Gerangan harus memulainya darimana?
Tak cukuplah hanya semangat mendidih
Tak cukuplah hanya angan-angan yang pecah dibuih liur
Harus ada bekal,
Harus ada keyakinan,
Harus ada persiapan
Tapi, gerangan darimanakah harus memulai?
Kalut bercampur darah cemas
Terbayang,
Puncak tak mampu ku langlang
Mimpi tak kunjung kesampaian
Takut. .
Tuhan, kalut ku, takut ku. .
Gerangan inikah yang berasas rintangan?
Tuhan. .
Peluk, dan obati cemas ku
Atas hari dikemudian. .
*menuju gerbang ujian
###
Dalam diam fiksi hidup. Dalam hidup diksi menjelma. Menjadi sebutir pasir. Ditimbun wajah berkarat persona. Mengunci rasa bermotif rahasia. Memendam tangis, canda juga tawa. Menyatukan segalanya, dikeheningan diam dunia. Demikianlah, alur narasi tanpa bicara, dengan sebenar-benar raut hati sang pujangga yang kalap dalam dunianya..
Follow Aku yuk . . =3
Baca juga yg ini. .
-
". .Dan Angan Ku Tak Hen ti. .” “. . Bersajak Tentang Bayangmu. ." Biar aku disini mengisi sepi yang berpendar-pendar le...
-
Tuhan.. Jika saja aku masih tak cukup kuat untuk hati yang baru, pisahkanlah.. Pisahkan aku darinya, sebelum leburan hati ini menjadi semp...
-
Tuhan. . Bila hari ini adalah hari ku, Izinkan aku memberinya sedikit kenang-kenang Sekedar sebelum aku tak lagi disampingnya ...
Mengenai Saya
- Senandung di Titian Angin
- Tentang kecintaan yang sudah habis ku reguk dalam manisnya sebuah angan-angan...
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar