Follow Aku yuk . . =3

Baca juga yg ini. .

Senandung di Titian Angin
Jika menulis akan membuatmu lebih baik, maka tulislah. Tulis dengan segala yang layak tertulis, dengan segala yang ingin kau tulis. Untuk dirimu sendiri..

Mengenai Saya

Foto saya
Tentang kecintaan yang sudah habis ku reguk dalam manisnya sebuah angan-angan...

Kamis, 01 September 2016

Seorang Dia, dan Sandiwara..

Aku baru mengerti..
Yaa, aku baru saja mengerti tentang pelipur yang pantas untuk perihnya sedih, geramnya marah, dustanya tawa. Aku baru mengerti tentang apa yang layak mengobati dan siapa yang mampu memulihkan kembali. Aku tak masalah tentang pilu, aku tak masalah tentang luka. Segala beratnya mampu ku tahan, segala sakitnya mampu ku simpan. Aku benar-benar tak masalah tentang masalah.
Tapi..
Sesak yang menggumpal, sesengguk yang berjejal, ahh.. aku tak slalu kuat membendung basah. Entah atas amarah, entah atas luka berdarah. Aku tak selalu kokoh melawan kristal menggenang dipelupuk yang kian membiru ini. Tetes-tetesnya tak pernah menyerah membuat ku hilang arah. Napas ku dibuatnya tersengal. Ah, aku selalu menjadi yang meringis melawan tangis. SANDIWARA.. senyum merekah merah itu SANDIWARAA.. Remah-remah renyah tawa itu SANDIWARAA. Pijakan sok tegar itu  pun SANDIWARA. Berlari sok berani itu masih pula SANDIWARA. Berlagak mengayuh perahu seorang diri, mengelana dialur tak berarah dengan gerik sok tenang pun, masih saja SANDIWARA..
Dibaliknya, aku lah sang lemah itu, yang sok punya gairah menantang arah. Nyatanya aku tetaplah si lemah.
Yang tersungkur menangis kala sendiri.
Yang melepas airmata ditengah ramai jalanan kota..
Aku, kesana kemari mencari pelipur pereda lara. Namun masih pun belum berjumpa. Ini tentang siapa dia.
Yang matanya menangis atas piluku.
Yang hatinya meringis atas lukaku.
Yang seperti dia, jauh lebih berarti dari sekedar kata hibur sok peduli. Lebih berarti dari sekedar sorak sorai bual-bualan sok menyemangati. Aku tidak butuh segala itu. Pundakku tak butuh ditepuk untuk disabari, telinga ku tak butuh sorak semangat untuk diminta berdiri. Aku tak butuh.. Karena yang bersedih bersama ku jauh lebih menenangkan. Karena yang menangis atas lukaku jauh lebih menguatkan.. Seorang itu yang aku belum temukan,
selain lengan hangat milik Tuhan..

1 komentar:

Kara mengatakan...

love it.