Follow Aku yuk . . =3

Baca juga yg ini. .

Senandung di Titian Angin
Jika menulis akan membuatmu lebih baik, maka tulislah. Tulis dengan segala yang layak tertulis, dengan segala yang ingin kau tulis. Untuk dirimu sendiri..

Mengenai Saya

Foto saya
Tentang kecintaan yang sudah habis ku reguk dalam manisnya sebuah angan-angan...

Selasa, 06 September 2016

Siapa Aku dimatamu?

Adakalanya, aku benar-benar tak ingin percaya padanya.
Dia membuatku terlihat jahat. Seakan menengadahkannya dengan belati kala  bersalah. Hingga kiranya ia pilih membisukan diri, mencari berlipat ganda alasan untuk membuatku tak tersakiti.
Naasnya, lagi-lagi aku tau tindaknya dari pihak diluar sana. Dia tak membohongi, tapi ia menutupi.
Dipikirnya aku siapa? Pembunuh berdarah dinginkah? Gigolo berparas perikah?
Jawablah..
Siapa aku dimatamu sesungguhnya?

Lagi lagi, tindakmu membuatku tak berarti.

Jarak.. Jarak..

Aku tak percaya pada jarak.
Lapangnya memabukkan. Jauhnya meresahkan.
Aku tak suka pada jarak. Genggam ku rapuh dibuatnya..
Aku tak kuat pada jarak. Sukarku menaruh yakin pada semua..
Aku kalah dengan jarak. Membunuhku selembut-lembutnya. Mencacahku hingga lupa dunia.

Aku punya dia sang cinta, dan ku taruh percaya padanya.
Aku punya sang jarak. Percayaku dibakar habis olehnya..

Lantas, bagaimana aku bertahan,
padamu cinta
dan
atasmu jarak?

Jumat, 02 September 2016

Begini Rasanya..

Oh.. Begini ya rasanya.
Begini rasanya menjadi yang tak punya daya. Meski ingin ku telah lebih besar dari sekedar angan. Tapi, menjadi yang tak bisa mewujudkannya adalah hal yang lebih mengesalkan dari sekedar kata gagal. Aku bahkan tak bisa mencoba. Andai dilihatnya hasrat yang tak tampak ini, andai dibacanya akal yang mati-matian trus mencari. Sayangnya, dia tak pernah bahkan untuk sejenak melirik.
Besarnya inginku memberinya hal yang lebih dari secarik kata selamat, memberinya hal yang lebih dari sekedar mainan sang muda mudi biasa. Aku ingin memberinya lebih. Menjadi sosok yang membuatnya terperangah dan tersenyum takjub atas semua yang tak disangkanya. Menjadi sosok yang membingkiskan nyanyian istimewa sebagai pelipur dihari jadinya.
Aku ingin memberinya lebih. Lebih dari siapapun yang telah memberinya. Tapi nyatanya, sekilas pun aku tak punya daya memberi..
Dan akhirnya, aku menjadi dia yang tak memberi diantara mereka yang tersenyum riang melega atas semua pemberiannya..
Sekali lagi, aku gagal dalam bukti cinta.

Benarkan?

Kamis, 01 September 2016

Seorang Dia, dan Sandiwara..

Aku baru mengerti..
Yaa, aku baru saja mengerti tentang pelipur yang pantas untuk perihnya sedih, geramnya marah, dustanya tawa. Aku baru mengerti tentang apa yang layak mengobati dan siapa yang mampu memulihkan kembali. Aku tak masalah tentang pilu, aku tak masalah tentang luka. Segala beratnya mampu ku tahan, segala sakitnya mampu ku simpan. Aku benar-benar tak masalah tentang masalah.
Tapi..
Sesak yang menggumpal, sesengguk yang berjejal, ahh.. aku tak slalu kuat membendung basah. Entah atas amarah, entah atas luka berdarah. Aku tak selalu kokoh melawan kristal menggenang dipelupuk yang kian membiru ini. Tetes-tetesnya tak pernah menyerah membuat ku hilang arah. Napas ku dibuatnya tersengal. Ah, aku selalu menjadi yang meringis melawan tangis. SANDIWARA.. senyum merekah merah itu SANDIWARAA.. Remah-remah renyah tawa itu SANDIWARAA. Pijakan sok tegar itu  pun SANDIWARA. Berlari sok berani itu masih pula SANDIWARA. Berlagak mengayuh perahu seorang diri, mengelana dialur tak berarah dengan gerik sok tenang pun, masih saja SANDIWARA..
Dibaliknya, aku lah sang lemah itu, yang sok punya gairah menantang arah. Nyatanya aku tetaplah si lemah.
Yang tersungkur menangis kala sendiri.
Yang melepas airmata ditengah ramai jalanan kota..
Aku, kesana kemari mencari pelipur pereda lara. Namun masih pun belum berjumpa. Ini tentang siapa dia.
Yang matanya menangis atas piluku.
Yang hatinya meringis atas lukaku.
Yang seperti dia, jauh lebih berarti dari sekedar kata hibur sok peduli. Lebih berarti dari sekedar sorak sorai bual-bualan sok menyemangati. Aku tidak butuh segala itu. Pundakku tak butuh ditepuk untuk disabari, telinga ku tak butuh sorak semangat untuk diminta berdiri. Aku tak butuh.. Karena yang bersedih bersama ku jauh lebih menenangkan. Karena yang menangis atas lukaku jauh lebih menguatkan.. Seorang itu yang aku belum temukan,
selain lengan hangat milik Tuhan..

Sederhana..

Aroma surga itu sederhana..
Sesederhana saat kau tersenyum dan bahagia pada dirimu yang sebenarnya.
Bukan tentang dimana, bukan tentang siapa. Bahagia hanya tentang 'aku', 'diriku', dan 'hidupku'. Kau punya pilihan untuk sebuah 'pilihanku'.

Rabu, 31 Agustus 2016

Maafkan atas Kelamku

Satu hal yang aku pelajari malam ini, bahwa nyatanya aku tetap melangkah sendiri, berjuang sendiri, mengobati sendiri. Hidup memang hanya tentang terkadang. Yah, terkadang mereka ada, terkadang mereka tiada. Terkadang dia bersama, terkadang dia seperti bukan siapa-siapa. Aku semakin tak percaya dengan petuah siapa saja yang mengaku akan menjadi yang selalu ada. Nyatanya dukaku, lirihku, penatku, hingga kini masih saja ku redam sendiri. Seberapa ramai pun mereka melukis pelangi, seberapa istimewa pun dia mengisi hati, pada masanya, aku tetap aku yang seorang diri. Lantas aku bertanya, kepada siapa aku mengaduh akan tusuk-tusuk duri? Bersama siapa aku berdiri menahan nyeri? Tidak pernah ada jawab. Menambah kecaman ku akan rapuhnya aku sendiri. Tapi kemudian, saat aku mulai melayu, meringkuk mencium tanah, entah desir hangat dari mana melintas sekilas. Mengisi tempurung kepala ku, memenuhi rongga dada ku, menyesakkan hembus nafasku. Aku tersengal, ada sesengguk yang tertahan, mataku ngilu, ada rintik yang tak kuasa dibendung sang kelopak. Aku luruh bersama tanah, mencium aroma pijakan asal  jasadku berwujud. Sesaat tersadar, aku tidak pernah sendirian.. usang tanah ini adalah bukti. Tinggi langit menjulang luas dipucuk sana pun bersaksi. Kaki ini tak pernah menopang seorang diri. Aku punya Yang Maha Segalanya disini. Yaah.. hidupku dalam genggaman-Nya. Nafasku dalam jentik jemari-Nya. Aku tak pernah sendiri. Lengan-Nya pun tak lepas memelukku. Aku benar-benar tidak sendiri. Hanya saja, aku seringkali lupa betapa tentang-Nya jauh lebih dari sekedar berarti..

Maafkan atas kelamku, Tuhan..