Jantung
ku seketika juga berdebar. Aku merasa itu bukanlah sembarang surat. Jika ketiga
kertas itu isinya di gabungkan maka akan terbentuk satu kalimat yang di maknai
dengan kerapuhan, juga kesetiaan.
Bukankah
ini gila? Siapa yang berani mengirimkannya pada ku? Apa mungkin penulis surat
ini salah menaruhnya? Otakku masih belum menyerah mencari tahu siapa, siapa dan
siapa yang salah menaruh surat di bawah bantal ku. Sekitar dua jam sudah aku
duduk sambil memandangi kertas-kertas tersebut.
Setelah
lama duduk, entah kenapa seketika itu telinga ku berdenging. Semakin lama
semakin nyaring. Dan rasanya pandangan ku gelap mendadak. Aku kehilangan tempat
berpijak. Mungkin seperti benar-benar melayang. Dan…
“Krriingg…
Krrinngg... “ sesuatu yang sangat nyaring membuat ku terbangun.
Butuh
beberapa saat mencerna apa yang terjadi. Namun setelah melihat alarm hp ku yang
masih menjerit-jerit, aku pun akhirnya menyadari. Aku baru saja terbangun dari
tidur nyenyak. Mungkin terlalu nyenyak hingga rasanya mimpi ku seperti
benar-benar terjadi. bahkan aku masih ingat tentang sesuatu yang terngiang dan
terlintas berulang kali di pikiran ku sepanjang hari libur ku yang biasa-biasa
saja.
Meski
tidak banyak hal menarik terjadi, setidaknya mimpi kemaren sudah cukup membuat
ku terkesan. Dan masih saja mencari penulis surat itu. Karena aku ingin belajar
dari dia tentang kesederhanaan kata yang menyelipkan makna begitu dalam,
seperti yang tertulis di tiga kertas berwarnanya.
“Hanya Satu. Hanya Kamu. Valentine Ku…”
###
2 komentar:
mantap ceritanya... ternyata hanya mimpi...
Hehe .. iya , hanya mimpi .
makasih ya sudah jadi pembaca . :)
Posting Komentar