Ya, bagi
ku cinta memang buta. Terlebih setelah apa yang ku alami kemaren, saat hati ku
tengah berbunga atas cinta namun dalam sekejap luruh menjadi luka.
Kemaren
adalah hari keenam resminya hubungan ku dengan Dika, pacar dan cinta pertama
ku. Karena perasaan rindu yang menggebu-gebu aku rela berbohong pada ibu agar
aku bisa di izinkan pergi ke rumah Dika. Aku bilang ada tugas kelompok yang
harus di kerjakan. Ibu pun dengan berat hati mengizinkan ku. Sebelumnya sempat
terjadi silat lidah antar aku dan ibu. Tapi, itu tidak berlangsung lama. Ibu
mengalah dengan diam, mungkin karena melihat ekspresi wajah ku yang sudah tak
nyaman di pandang.
Aku
pergi ke rumah Dika tanpa ku kabari sebelumnya. Karena memang aku ingin memberi
kejutan padanya. Dika tinggal sendiri di sebuah rumah sederhana yang di berikan
kedua orang tuanya. Dengan begitu, aku dan Dika tidak pernah cemas dengan
hubungan kami yang pastinya akan di tentang orang tua Dika.
Beberapa
saat di perjalanan, akhirnya aku pun tiba dalam komplek rumah Dika. Jantung ku
berdebar-debar saking girangnya ingin bertemu dengannya. Namun, apa yang
terjadi? Aku mendapati sesuatu yang
membuat ku berhenti dalam jarak sekitar dua meter sebelum rumah Dika. Mata ku
tak sengaja menangkap pemandangan yang rasanya menghentikan detak jantung dan
aliran darah ku seketika.
Dika
duduk di teras depan rumahnya sambil merangkul seorang gadis yang tidak aku
kenali. Ku perhatikan dengan seksama dan jelas sekali mereka terlihat mesra,
bahkan sangat mesra. Dalam sekejap pandangan ku berkaca-kaca dan sepertinya ada
sesuatu yang pecah dalam diriku. Mungkin jantungku atau mungkin kepingan hati
ku.
Aku tak
punya banyak kekuatan untuk lebih lama menyaksikan kemesraan itu. Dengan sigap,
ku putar balik motor ku dan meninggalkan rumah Dika secepatnya. Di perjalanan
pulang, tak kunjung bosan aku menertawai diri ku sendiri. Aku terus mencoba
menata puing-puing hati ku kembali. Sedang otakku, sibuk merangkai kata maaf
untuk ibu yang sudah menjadi korban kebutaan ku karena cinta.
###