U/ Kasihku yg telah hilang, Angin..
Kasihku, Angin..
Bila
saja aku punya masa lebih panjang, rasanya ingin sekali mengajak mu
menari dalam kerut linang yang dikata gembira. Bila saja malam tak
tergesa, rasanya ingin sekali menyenandungkan melodi terindah yang
pernah ada.
Namun, maaf kasih ku. Inilah kehidupan. Sang
Maha menata semua dengan keadilan. Menempatkan ku pada ketepatan. Dimana
aku bersajak diam. Atas alur-alur kehidupan yang di julang dengan
penataan.
Maaf Kasihku. Aku hanya dengan kekakuan ku. Tak
dapat merengkuh dan memiliki mu lebih. Meski rasanya merah tangis ku
menjajah nyaris pecah saat ku tersapu salam lembut mu, Angin.
Yang
terkasih, Angin. Inilah kehidupan. Meski di tepi sana ada saja liku nan
meredupkan. Namun tahukah kau? Hatiku tak jua alfa mencarimu,
mencintaimu. Meski entah kau akan terlahir kembali. Atau akan tetap
mati.
Tahukah kau yang terkasih, Angin? Sakit ku disini,
telak dihatiku. Hingga kini tak ada yang punya penawar. Mengapa? Karena
penawar yang ku butuh hanya ada satu, tepat tersimpan di hatimu. Namun
kasih, mungkin aku akan selamanya sekarat. Karena sungguh penawar itu
telah kau ikut sertakan dalam lembut kematian yang tak urung mencabik
hati sucimu. Itulah kehidupan kasihku.
Kemarin ku sempat
berandai. Ingin rasanya menutup hari bersama cinta yang makin menjadi
ini. Melanjutkan pencarian mu dilain alam. Namun apa yang terjadi? Aku
lemah kasihku, Angin. Sayup-sayup ku dengar ada bisikan halus yang
menyentakku. Seperti desir rindu mu pada ku kemarin di pesisir.
Sayangnya hingga kini aku masih ragu. Apa benar kau yang berkata itu
kasihku, Angin?
“Kasihku Senja. Kehidupan telah usai
dalam penamaan Angin ku. Namun tahukah sayangku, Senja? Cinta yang hanya
milikmu ini tak ku ikut sertakan dengan ketiadaanku. Dan tahukah kau
sayangku, Senja. Penawar pilu mu kemarin ku titipkan pada yang berhati
putih. Carilah dia. Karena ku lihat waktu semakin mendekatkanmu padanya.
Belajarlah mencintainya sayangku, Senja. Karena dia bagian dariku pula.
Penawar itu ada di hati putihnya. Awan..”
Begitu yang ku dengar. Sekali lagi, benarkah itu dari mu kasih ku, Angin? Entahlah..
Maafkan
aku yang terkasih, Angin. Aku masih mencari mu dan mencintai mu. Walau
hingga kini aku tak dapat merengkuh tuk menangis dalam pelukanmu. Terima
kasih, Angin.
Salam kasih dari ku, Senja
Yang selalu menanti kehadiran dalam nyata hidupku..
Salam.
###
3 komentar:
Satu lagi pecinta sastra, aku suka ini. Aku follow blognya yah, aku ingin sih bisa saling follow ^_^ Sedikit saran, kenapa warna tulisannya merah? Mataku agak sakit bacanya, coba diganti yang lain deh hehe
wah , kamu first comentator . :)
makasih ya buat kunjungannya . sebenarnya blog ini aq buat cuma buat sarana penyimpanan tulisan" di buku q . Biar aman dari orang rumah. hhe
nanti aq follback ^_^
soal warna font, sebenrnya aq suka warna merah . tapi oke lah, nanti q ganti putih. Makasih saranx . ;)
Keren bingitss
Posting Komentar