Lenggang sudah kursi patri di perujung
Tempat kita mebagi dalam
derap cakap
Asal kita terpaut dengan hikmat
Kini berhenti
berakhir dan kembali tamat
Rasanya baru kemarin
Kita
menjatuh sehelai ketapang kering
Ku pungut kau ikut memungut
Ku
pandang kau ikut memandang
Sekejap seperti melodi biru
yang mendayu
Mendendang rindukan bayangan
Menumbuh semaikan
sebiji kecil harapan
Tentang keindahan , tentang kecintaan
Hari
itu, aku mulai mencintaimu…
Menjadi sayap di balik
punggungmu
Menjadi bayang di setiap alur langkah mu
Tak
peduli ku terinjak
Tak peduli ku terumpat
Hari itu
kau menerima ku…
Tak ada bisik-bisik durjana
Karena
nyatanya kita telah berdua
Kau menjadi penggandeng hati ku
Sedang
aku jadi penopang lara mu
Begitu bersama, hingga terangkai cukup
lama
Hari itu kau mendiam bisu…
Semula
bermulai, hingga semakin ku ragukan
Seakan gurat-gurat mu mulai
bernampakkan
Terus menjauh dari bidadari yang ku dambakan
Ada
apakah gerangan?
Musim hati terus berganti
Namun
cinta ini masih tetap sejati
Jiwa ku terlanjur meminang mu
diam-diam
Meski sebatas hakikat durja yang ku sulam
Sebagai
pengingat,
Bagaimana aku mencintai mu kemarin
Karena kala
itu, aku semakin meragu dalam bimbang…
Hari itu, aku
mengernyit dahi…
Menghabiskan waktu hari ini terlalu gagu
Entah
kenapa kau seperti tidak kau yang dulu
Bukan lagi si elok yang
buat ku jatuh hati
Bukan lagi si manis yang sosoknya bak bidadari
Ada
apakah gerangan?
Semakin berlalu sudah kebersamaan
Aku
masih dengan pinangan ku dalam diam
Sedang kau mengapa semakin
menghilang?
Kau mulai tak tampak seperti kemarin lagi
Yang
hatinya ikut memungut ketapang kering
Aku limbung dalam
bingung
Hendak bagaimana lagi aku?
Apakah cinta ini mulai
meragu pada mu?
Apakah hati ini mulai melayu?
Tapi tampaknya
aku masih merindukan dirimu
Hingga suatu hari …
Aku
mengajak mu berkelana di tarian laut
Namun kau bilang letih dan
ingin segera lelap
Aku menghargaimu, kasih…
Ku izinkan kau
tidur dalam pulas
Tak peduli rindu ku yang makin kebas
Saat
itu, aku percaya penuh pada mu
Cukuplah angin hampa yang menemani
ku
Berjalan dan melangkah dengan irama sayu melagu
Namun
tiba-tiba?
Kau!
Sekejap itu, cinta ku kelu
dan membisu…
Aku menemui mu melangkah girang yang tak elok
Kau
membawa serta remah-remah ranting beringin
Membaur lengking tawa
mu dalam komplot boneka kayu
Bukan kah kau bilang ingin lelap?
Tapi
nampaknya kau sedang kalap
Kita berpapas. .
Kita bertemu. .
Tapi
kau mengacuhkan ku . .
Kau menipu ku kah?
Ini
kedustaan yang jelas
Ah, dimana bidadari ku kemarin?
Benarkah
kejujuranmu bersintup di balik dusta?
Jika benar, semua mutlak
kesalahan besar
Tapi…
Salah kah aku mencintaimu
sejauh ini?
Namun tampaknya cinta ini telah terurai dalam
kebencian
Seiring kau yang pergi dan menghilang
Melupakan,
meninggalkan ku dengan kenyataan
Kau serigala bersapuh
domba bagi ku
Yang berselimut mengumpat di balik topeng
Yang
di dekat ku hanya mencari teduhan untuk ego mu
Ah…
Harusnya
aku meminta satu hal terlebih dahulu
Sebelum aku mencintai mu
Sebelum
aku memilih mu
Sebelum kamu mencintai ku
Sebelum
kamu memilih ku…
BUKA DULU TOPENG MU, SAYANG!
###
Tidak ada komentar:
Posting Komentar