Follow Aku yuk . . =3

Baca juga yg ini. .

Senandung di Titian Angin
Jika menulis akan membuatmu lebih baik, maka tulislah. Tulis dengan segala yang layak tertulis, dengan segala yang ingin kau tulis. Untuk dirimu sendiri..

Mengenai Saya

Foto saya
Tentang kecintaan yang sudah habis ku reguk dalam manisnya sebuah angan-angan...

Rabu, 21 Desember 2011

Syair: Sepucuk Surat dari Senja #1

Salam hangat dari ku, Senja..
U/  Kasihku yg telah hilang, Angin..


Kasihku, Angin..

Bila saja aku punya masa lebih panjang, rasanya ingin sekali mengajak mu menari dalam kerut linang yang dikata gembira. Bila saja malam tak tergesa, rasanya ingin sekali menyenandungkan melodi terindah yang pernah ada.

Namun, maaf kasih ku. Inilah kehidupan. Sang Maha menata semua dengan keadilan. Menempatkan ku pada ketepatan. Dimana aku bersajak diam. Atas alur-alur kehidupan yang di julang dengan penataan.

Maaf Kasihku. Aku hanya dengan kekakuan ku. Tak dapat merengkuh dan memiliki mu lebih. Meski rasanya merah tangis ku menjajah nyaris pecah  saat ku tersapu salam lembut mu, Angin.
Yang terkasih, Angin. Inilah kehidupan. Meski di tepi sana ada saja liku nan meredupkan. Namun tahukah kau? Hatiku tak jua alfa mencarimu, mencintaimu. Meski entah kau akan terlahir kembali. Atau akan tetap mati.

 Tahukah kau yang terkasih, Angin?  Sakit ku disini, telak dihatiku. Hingga kini tak ada yang punya penawar. Mengapa? Karena penawar yang ku butuh hanya ada satu, tepat tersimpan di hatimu. Namun kasih, mungkin aku akan selamanya sekarat. Karena sungguh penawar itu telah kau ikut sertakan dalam lembut kematian yang tak urung  mencabik hati sucimu. Itulah kehidupan kasihku.

Kemarin ku sempat berandai. Ingin rasanya menutup hari bersama cinta yang makin menjadi ini. Melanjutkan pencarian mu dilain alam. Namun apa yang terjadi? Aku lemah kasihku, Angin. Sayup-sayup ku dengar ada bisikan halus yang menyentakku. Seperti desir rindu mu pada ku kemarin di pesisir. Sayangnya hingga kini aku masih ragu. Apa benar kau yang berkata itu kasihku, Angin?

“Kasihku Senja. Kehidupan telah usai dalam penamaan Angin ku. Namun tahukah sayangku, Senja? Cinta yang hanya milikmu ini tak ku ikut sertakan dengan ketiadaanku. Dan tahukah kau sayangku, Senja. Penawar pilu mu kemarin ku titipkan pada yang berhati putih. Carilah dia. Karena ku lihat waktu semakin mendekatkanmu padanya. Belajarlah mencintainya sayangku, Senja. Karena dia bagian dariku pula. Penawar itu ada di hati putihnya. Awan..”

                Begitu yang ku dengar.  Sekali lagi, benarkah itu dari mu kasih ku, Angin? Entahlah..
Maafkan aku yang terkasih, Angin. Aku masih mencari mu dan mencintai mu. Walau hingga kini aku tak dapat merengkuh tuk menangis dalam pelukanmu. Terima kasih, Angin.

Salam kasih dari ku, Senja
Yang selalu menanti kehadiran dalam nyata hidupku..

Salam.

###

3 komentar:

Basith Kuncoro Adji mengatakan...

Satu lagi pecinta sastra, aku suka ini. Aku follow blognya yah, aku ingin sih bisa saling follow ^_^ Sedikit saran, kenapa warna tulisannya merah? Mataku agak sakit bacanya, coba diganti yang lain deh hehe

Senandung di Titian Angin mengatakan...

wah , kamu first comentator . :)
makasih ya buat kunjungannya . sebenarnya blog ini aq buat cuma buat sarana penyimpanan tulisan" di buku q . Biar aman dari orang rumah. hhe
nanti aq follback ^_^
soal warna font, sebenrnya aq suka warna merah . tapi oke lah, nanti q ganti putih. Makasih saranx . ;)

Unknown mengatakan...

Keren bingitss